Assad Baikan dengan Liga Arab, Pengucilan terhadap Suriah Berakhir?

Jakarta

Mereka terlihat seperti sekutu yang tak biasa. Tapi pada Rabu (17/05), Presiden Suriah Bashar al-Assad yang sekuler menyambut hangat ulama Islam sekaligus Presiden Iran, Ebrahim Raisi, yang berjanggut dan mengenakan sorban di Damaskus.

Ini adalah kunjungan pertama seorang pemimpin Iran ke Suriah sejak 2010, sebelum pemberontakan Musim Semi Arab.

Sejak itu, Teheran telah membuktikan diri sebagai sekutu yang paling gigih membantu -bersama dengan Moskow- untuk menyelamatkan rezim Assad selama perang saudara yang berdarah.

Perjalanan ke Damaskus tersebut dilakukan di tengah perubahan dramatis di wilayah itu. Kunjungan ini juga memperlihatkan Presiden Suriah dan rombongan -yang telah lama dianggap sebagai kaum paria di dunia Arab- baru-baru ini dirangkul oleh tetangga mereka.

Meskipun ada tentangan dari AS dan Eropa, sudah menjadi norma bagi negara-negara Arab untuk mengambil langkah menormalisasi hubungan dengan Suriah.

Suriah masih berharap untuk diberikan status sebagai pengamat pada KTT Liga Arab di Riyadh pada 19 Mei 2023.

“Masyarakat internasional di luar kawasan – selain Rusia – sebagian besar telah melepaskan tanggung jawabnya atas Suriah,” ujar Direktur Dewan Pemahaman Arab-British (CAABU), Chris Doyle.

“Ada kekosongan dan di sinilah kekuatan regional masuk. [Mereka melihat bahwa] jika tidak ada yang akan berubah, jika tidak akan ada proses politik yang nyata, maka kita sebagai sebuah wilayah tidak dapat mengabaikan Suriah. Ini negara yang terlalu besar dan signifikan.”

Perbaikan hubungan

Perubahan ini luar biasa. Kembali pada akhir 2011, banyak negara Arab jelas merencanakan era pasca-Assad ketika Suriah dikecam dan ditangguhkan oleh 22 anggota Liga Arab.

Saya menyaksikan ratusan warga Suriah mengibarkan bendera dan meneriakkan dukungan mereka atas gerakan itu, di dekat Markas Besar Liga Arab di Lapangan Tahrir, Kairo.

Pada saat itu telah terjadi penumpasan brutal terhadap pengunjuk rasa pro-demokrasi Suriah dan saya melaporkan gelombang pengungsi yang melarikan diri dari pertempuran.

Tetapi kemudian masih banyak dari kekejaman terburuk rezim Assad – pengeboman tanpa pandang bulu dan serangan gas beracun – yang akan terjadi.

Sekarang, lebih lebih dari satu dekade kemudian, angkanya mencengangkan: sekitar setengah dari populasi Suriah telah mengungsi atau menjadi pengungsi.

Bahkan PBB memperkirakan lebih dari 300.000 warga sipil telah terbunuh dan lebih dari 100.000 ditahan atau hilang.

Warga Suriah memperingati 12 tahun pemberontakan di Idlib.EPAWarga Suriah memperingati 12 tahun pemberontakan di Idlib.

Keterlibatan militer Rusia di Suriah pada 2015 yang mengubah jalannya perang saudara dan memaksa negara-negara tetangganya untuk mulai memikirkan masa depan lah yang membuat Assad tetap di tempatnya.

“Itu adalah game-changer untuk Yordania,” kata seorang jurnalis terkemuka di Amman, Osama al-Sharif, menekankan bagaimana negaranya menghadapi ancaman keamanan nasional dan beralih ke Moskow untuk memberi tekanan.

“Pada saat perang melawan Daesh [kelompok militan ISIS] juga sedang berlangsung… Kami memiliki [kelompok militan Lebanon] Hizbullah dan kelompok pro-Iran lainnya yang ditempatkan sangat dekat dengan perbatasan.”

Presiden Assad terus mengonsolidasikan kendali atas sebagian besar wilayah Suriah, namun pergerakan Arab untuk memulihkan hubungan dipercepat setelah gempa besar Februari lalu di Turki dan Suriah.

Kemudian terjadilah perbaikan hubungan yang ditengahi China antara pusat kekuatan regional Arab Saudi dan saingannya Iran, yang telah mendukung pihak lawan dalam perang saudara Suriah.

Dalam beberapa minggu, Assad yang berseri-seri disambut di Oman dan Uni Emirat Arab (UEA). Di Abu Dhabi, istrinya Asma, bergabung dengannya untuk perjalanan resmi pertama ke luar negeri dalam satu dekade, dan dipeluk oleh istri presiden UEA di landasan pacu.

Sementara itu, Menlu Suriah telah berangkat ke Mesir, Aljazair, Arab Saudi, Tunisia, dan Yordania. Saudi menekankan bahwa mereka sedang mendiskusikan “kembalinya Suriah ke naungan Arab”.

‘Pesan yang keliru’

Akan tetapi, ada perpecahan yang dalam antara negara-negara Arab tentang bagaimana dan kapan harus merehabilitasi Suriah.

Qatar, Kuwait, Mesir, dan Yordania tampaknya menolak rencana Arab Saudi dan UEA untuk ‘memasang ulang dengan cepat Suriah’ ke Liga Arab.

“Tampaknya terburu-buru untuk memulihkan hubungan dengan Suriah tetapi ketika ditanya, tidak ada yang bisa mengatakan jaminan apa yang diminta sebagai imbalan untuk normalisasi,” kata seorang pejabat dari wilayah tersebut yang mengetahui pembicaraan baru-baru ini.

“Sayang sekali. Pembicaraan ini mengirim pesan yang keliru,” lanjut pejabat itu sembari menambahkan bahwa warga Suriah bertindak “dengan cara yang sangat arogan, seperti orang lain beruntung memilikinya.”

Amerika Serikat jelas tidak mendukung pemulihan hubungan atau pencabutan sanksi ekonomi yang keras terhadap Damaskus. Pada Maret, Asisten Menlu untuk Urusan Wilayah Timur, Barbara Leaf, berkata: “Rezim ini pantas diperlakukan sebagai begundal.”

Namun, dia juga mendesak sekutu Arab yang memilih untuk mengakhiri pengucilan Assad untuk “memastikan bahwa Anda mendapatkan sesuatu”.

Presiden Bashar al-Assad disambut di Abu DhabiReutersPresiden Bashar al-Assad disambut di Abu Dhabi.

Dia menyarankan untuk mencoba mengakhiri perdagangan Captagon, obat terlarang yang diproduksi di Suriah dan diselundupkan keluar.

Seperti yang saya lihat di sebuah rumah sakit yang merawat seorang pecandu berusia muda dari Yordania dan Teluk Arab.

Obat amfetamin ini -yang dikenal sebagai “kokain orang miskin”- dengan cepat mengubah Suriah menjadi negara narkotika. Serta menabur benih kesengsaraan di seluruh dunia Arab.

Tuntutan lain bisa berupa pengurangan kehadiran militer Iran di Suriah dan menetapkan kondisi yang akan memungkinkan lebih banyak pengungsi pulang. Atau melindungi orang-orang yang tinggal di bagian Suriah yang masih berada di bawah kendali oposisi.

Setelah bertahun-tahun dengan sedikit kemajuan dalam pembicaraan bersama oposisi Suriah yang terpecah, banyak negara Arab juga ingin melihat setidaknya ada sedikit upaya dari Damaskus untuk kembali terlibat.

Utusan Khusus PBB untuk Suriah, Geir Pedersen, mendorong hal ini.

“Perhatian baru terhadap Suriah ini sangat penting jika bisa bertindak sebagai pemutus arus dan membuka upaya yang telah lama terhenti untuk mengajukan proses politik,” katanya kepada Dewan Keamanan PBB pada 27 April.

Takut dan khawatir

Banyak orang Suriah akan merasa kecewa dengan tawaran baru Arab. Jutaan orang yang tinggal di kantong oposisi pernah melihat Arab Saudi dan negara-negara Arab lainnya sebagai sekutu dalam perjuangan mereka melawan pemerintahan Assad.

Mereka sekarang menemukan diri mereka lebih terisolasi.

Pengungsi, khususnya di Lebanon dan Turki – di mana penerimaan pengungsi menyusut akibat krisis ekonomi – semakin khawatir tentang risiko pemulangan paksa.

Turki – yang telah menjadi pendukung utama kelompok oposisi bersenjata Suriah – juga telah berbicara dengan Damaskus.

Hampir semua partai yang berkampanye untuk pemilu 14 Mei mengatakan, mereka ingin memulangkan warga Suriah.

“Kami sangat takut dengan hasil pemilu. Mereka dengan jelas menyatakan ingin mendeportasi kami,” kata seorang pengungsi Suriah, Muhammad, di kedai kopinya di Istanbul.

Lebih dari 5.900 orang tewas di seluruh Suriah dan 8,8 juta lainnya terdampak akibat bencana gempa.Getty ImagesLebih dari 5.900 orang tewas di seluruh Suriah dan 8,8 juta lainnya terdampak akibat bencana gempa.

Aktivis hak asasi manusia mengungkapkan kekecewaan besar bahwa ada sedikit referensi kekejaman masa lalu dalam pembicaraan tentang rehabilitasi Suriah.

“Ini mengejutkan,” kata Diana Semaan, peneliti Suriah untuk Amnesty Internasional.

“Apa yang kita lihat sekarang adalah pengabaian terhadap catatan hak asasi manusia pemerintah Suriah dan pesan yang dikirim adalah, tidak masalah apa yang terjadi di masa lalu.”

Amnesty mendesak negara-negara Arab menggunakan pengaruh mereka dengan rezim untuk mencoba mencegah serangan lebih lanjut terhadap warga sipil dan penahanan serta penyiksaan sewenang-wenang.

Ada seruan kerja sama saat PBB mencoba membentuk badan internasional untuk membantu keluarga orang hilang mengetahui nasib dan keberadaan orang yang mereka cintai.

Sementara itu di Jenewa, tim pengacara sibuk bekerja mendukung tuntutan terhadap mereka yang dituduh melakukan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Suriah.

Mekanisme Internasional, Tidak Memihak dan Independen (IIIM) PBB untuk Suriah telah membantu 267 kasus, termasuk 28 kasus tahun ini. Pemimpinnya, Catherine Marchi-Uhel berkata: “Perang melawan impunitas sedang berlangsung dan akan terus kami kejar.”

Beberapa warga Suriah berharap normalisasi di wilayah tersebut bisa menandai dimulainya kembali kehidupan normal.

Penduduk Suriah yang dikuasai pemerintah bergulat dengan inflasi yang meroket dan kekurangan listrik.

Menurut PBB, bahkan sebelum gempa dahsyat Februari lalu melanda Suriah, setidaknya 15,3 juta orang -70% dari populasi- membutuhkan bantuan kemanusiaan.

Menteri Luar Negeri Saudi Pangeran Faisal bin Farhan bertemu dengan Assad di Damaskus bulan laluReutersMenteri Luar Negeri Saudi Pangeran Faisal bin Farhan bertemu dengan Assad di Damaskus bulan lalu.

Akan tetapi, Heiko Wimmen, yang mengawasi kerja Kelompok Krisis Internasional di Suriah menekankan bahwa pada tahap ini negara-negara Teluk Arab tidak mungkin memberikan kontribusi banyak sampai miliaran dolar yang dibutuhkan untuk membangun kembali kota-kota Suriah yang hancur.

“Sanksi Amerika hanyalah satu bagian dari masalah yang ada. Ini adalah lingkungan ekonomi yang sangat terlarang. Anda memerlukan bantuan beberapa negara.”

Untuk bertahan hidup, selama bertahun-tahun rezim Suriah yang kekurangan uang telah menyerbu dan menyita puluhan bisnis.

Rezim Suriah juga dituduh mengalihkan puluhan juta dolar bantuan kemanusiaan yang sedianya diperuntukkan bagi warga Suriah yang jatuh miskin, serta dugaan perdagangan narkotika.

(ita/ita)

Selengkapnya


Posted

in

by

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *