Jakarta –
Kalimat ini dilontarkan sendiri oleh Surya Paloh, Ketua Umum Partai Nasdem, dalam wawancaranya Kamis yang baru lalu dengan pewawancara sebuah podcast. Titik terendah, tapi belum habis. Dalam politik, tinggi rendah bisa saja naik lagi, dan naik lagi, dinamis, tambah Paloh.
Kenapa hubungan kedua tokoh ini mendadak anjlok ke titik yang terendah? Tentu karena kasus korupsi yang menimpa Johnny G. Plate, Sekretaris Jenderal [kedua] Partai Nasdem, tangan kanan Surya Paloh. Kemarin, 18 Mei 2023, Hari itu Sekjen Nasdem diperiksa Kejaksaan Agung selama 5-6 jam, untuk ke-3 kalinya, setelah itu ia ditetapkan sebagai tersangka, bahkan langsung ditahan di penjara Salemba cabang Kejaksaan Agung. Johnny keluar dari Gedung Bundar Kejaksaan Agung dengan mengenakan seragam tahanan berwarna kuning dengan kedua tangan diborgol…… Begitulah nasib seseorang yang tidak menentu: dari sosok yang begitu tinggi jabatannya, anjlok seolah sampai di dataran tanah.
Malam hari sebelum ditahan, Paloh mengaku memanggil dan bertemu dengan Johnny. Ia tanya: Benarkah Anda terlibat. Ia minta Johnny jujur. Tapi Paloh tidak memberitahukan media bagaimana jawaban Sekjennya.
Johnny dituduh korupsi dalam proyek BTS 4 G senilai 10 T. Negara dirugikan 8 T, tuding kejaksaan. Bayangkan, proyek senilai 10 T, 8 T di antaranya “diembat” oleh orang-orang Kominfo. Lima staf di antaranya sudah dijadikan tersangka; Johnny yang terakhir.
Inilah korupsi yang mungkin paling “jumbo” di Indonesia. Sebelumnya, kita terkejut dengan korupsi e-KTP yang “hanya” bernilai………. Tidak tanggung-tanggung otak korupsi e-KTP adalah Ketua DPR-RI SEKALIGUS Ketua Umum Partai Golongan Karya. Memang pantaslah Indonesia dijuluki negara paling korup di Asia Tenggara; pantas pula jika index korupsi negara kita terus anjlok beberapa tahun terakhir ini.
Johnny G. Plate Sekjen ke-2 partai Nasdem. Sekjen sebelumnya, sekjen pertama, adalah Rio Capella. Ia menghadapi nasib sama: ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK karena perkara suap. Ia dituding menerima suap sebesar Rp 200 juta; sekali lagi HANYA Rp 200 juta. Suap itu berasal dari Gubernur Sumatera Utara Gatot Pudjo Nugroho. Duit diterima Rio sebagai imbalan karena telah mengamankan kasus Gatot di Kejaksaan Agung RI. Sang Gubernur berurusan dengan Kejaksaan Agung lantaran diduga korupsi dana bansos.
Dalam jumpa pers 24 jam setelah kehilangan Sekjennya, Surya Paloh mengaku menghormati putusan Kejaksaan Agung atas Jonny G. Plate. Ia pun percaya kasus ini tidak terkait dengan masalah politik, apalagi menyangkut “clash” antara dirinya dengan Presiden Jokowi. Toh, kaitan politis antara Jokowi dengan Surya Paloh sulit ditepis selama beberapa bulan terakhir. Surya Paloh pun mengakui hubungannya dengan Jokowi makin merosot sejak Nasdem mengumumkan Anies Baswedan dideklarasikan Nasdem sebagai bakal calon presiden RI. Jokowi menilai Paloh telah “menyalip” dirinya sebagai Presiden dalam mengumumkan calon presiden 2024. Jokowi menginginkan dialah yang paling punya hak untuk mengumumkan siapa calon penggantinya nanti.
Maka, Jokowi super aktif diskusi (istilah kerennya, silaturahmi) dengan sejumlah ketua partai politik untuk membahas penggantinya pada 2024. Pembentukan koalisi dan siapa ketua koalisi dan calon presiden, semua “diarahkan” oleh Jokowi. “Kita tinggal tunggu komando Jokowi saja”, kata Ketua Umum PAN.
Sejumlah politisi – seperti Jusuf Kalla — dan akademisi dan pengamat politik seperti Denny Indrayana, mantan Wakil Menkumham — melontarkan kritik atas sikap dan tindakan Jokowi ini. Tentu Jokowi menolak tudingan itu. Sebagai Presiden, saya juga punya hak untuk bicara politik. Apa salahnya saya diskusi dengan pimpinan parpol-parpol tentang pilpres, sambung Jokowi.
Yang bikin Paloh jengkel, Ketika Nasdem tidak diundang dalam pertemuan 6 parpol di Istana beberapa hari yang lalu. Paloh merasa ditinggalkan oleh Jokowi. Padahal Nasdem parpol pertama yang konsisten mendukung Jokowi sejak pilpres 10 tahun yang lalu! Apa tanggapan balik Jokowi? “Surya Paloh kan sudah punya calon presiden sendiri, sudah punya koalisi sendiri……”
Dari jawaban singkat ini, jelas, menurut hemat kita, Paloh memang sudah ditinggalkan oleh Jokowi, karena Jokowi tidak butuh Paloh lagi. Apakah setelah enggak jadi presiden lagi, Jokowi tidak butuh saya lagi?
Paloh selalu mengaku seorang politisi senior, politisi yang sudah makan asam-garam. Dalam hal ini, dia koq lupa bahwa dalam politik tidak ada kawan sejati. Dalam politik, yang langgeng adalah kepentingan, KEPENTINGAN AKU, bukan sosoknya. Karena hati orang, kepentingan orang bisa berubah-ubah, tidak heran perkawanan pun bisa berubah. Ingat selalu, dalam politik, tidak ada yang tidak mungkin, Bung! Ketika Surya Paloh mendeklarasikan Anies Baswedan, Jokowi pasti terkejut! Kenapa saya tidak dikasih tahu dulu, tidak dikonsultasikan dulu? Bukankah kita sahabat baik?! ***
Prof. Dr. Tjipta Lesmana, Pengamat Politik Senior
Simak Video ‘Harapan Paloh-Anies Kasus Plate Tak Diintervensi Politik-Kekuasaan’:
(hri/hri)