Studi Islam di Harvard University, Mau Tahu Matkul Pertama yang Diajarkan?

Jakarta

Siapa tidak mengenal Harvard University? Harvard University yang berlokasi di Cambridge, Massachusetts, Amerika Serikat ini merupakan salah satu kampus terbaik di dunia.

Dua lembaga pemeringkatan terkemuka Times Higher Education dan Quacquarelli Symonds menempatkan kampus tersebut dalam big five universitas terbaik. Kampus ini rupanya memiliki minat pada studi Islam sebagai salah satu agama dengan pemeluk terbesar di dunia.

Sejarah Studi Islam di Harvard

Dikutip dari laman Harvard University, sejak tahun 1648, presiden pertama Harvard, Henry Dunster yang juga seorang Orientalis mencari buku-buku berbahasa Arab dari Eropa untuk koleksi Harvard.

Menurut sejarawan Harvard Samuel Eliot Morison, Henry Dunster dan penerusnya Charles Chauncy mempelajari dan mengajar tidak hanya bahasa Ibrani, tetapi juga bahasa Aram, Arab, dan Ethiopia.

Hanya saja baru pada masa Chauncy sekitar 1654-1672, pengajaran bahasa Arab turut ditambahkan dalam bahasa Semit seperti dikutip dari artikel berjudul “Semitic Studies in American Colleges” bertahun 1896.

Instruksi menambahkan bahasa Arab tersebut diperkirakan berasal dari sang presiden Chauncy yang pernah belajar bahasa Arab di University of Cambridge, Inggris. Setelah masa Chauncy, kuliah bahasa Arab hanya kadang-kadang saja diajarkan sebagai tambahan untuk kelas bahasa Ibrani.

Adapun studi sejarah Islam mulai diajarkan setelah Crawford H. Toy seorang profesor yang mempelajari teologi dan bahasa Semit di Berlin bergabung di Harvard Divinity School. Awalnya, ia hanya mengajar bahasa Ibrani Perjanjian Lama dan menawarkan bahasa Arab sebagai pilihan.

Pada 1889, Toy kemudian memasukkan “Sejarah Kekhalifahan Spanyol” yang kemudian menjadi mata kuliah tentang sejarah Islam pertama yang diajarkan di Harvard.

Tahun-tahun berikutnya ia menambahkan mata kuliah “Sejarah Politik dan Sastra Kekhalifahan Baghdad” dan menyisipkan berbagai topik lain seperti Perang Salib dari sumber-sumber Islam, Al-Qur’an, dan lain-lain.

Beberapa dekade kemudian tepatnya tahun 1954, Harvard University mendirikan Pusat Studi Timur Tengah (CMES). Tujuan sebenarnya adalah untuk “melawan ancaman Soviet di Timur Tengah”.

Hingga akhirnya pada tahun 2005, Pangeran Alwaleed bin Talal Bin Abdulaziz Alsaud menjanjikan hibah USD 20 juta kepada Harvard untuk pendirian program studi Islam di seluruh universitas yang bersifat interdisipliner dan global.

“Saya senang mendukung studi Islam di Harvard dan saya berharap program ini akan memungkinkan generasi mahasiswa dan cendekiawan untuk mendapatkan pemahaman menyeluruh tentang Islam dan perannya baik di masa lalu maupun di dunia saat ini,” kata Pangeran Alwaleed.

Selanjutnya, Koleksi Judul Islam di Perpustakaan Harvard University >>>

Selengkapnya

Leave a Reply

Detik-detik Satpam Digigit Ular di Perumahan Elite Terekam Kamera Small Earthquake Rattles South Bay Near Milpitas Cantik Emma Stone yang Baru Saja Menikah Mobil Terbang Fenomena Halo Matahari di Langit Jawa Timur Prewedding Terbaru Nikita Willy & Bos Blue Bird Desa Nelayan Paling Nyentrik Dunia Kelebihan Tes COVID oleh Anjing Dibanding PCR Rumah Orang Terkaya Dunia Aksi Protes Perubahan Iklim Global di Berbagai Negara