Rusia, Amerika, dan Namru-2 di Indonesia

“Namru ini adalah kegiatan intelijen yang ter-cover dengan kegiatan penelitian,” kata Supari, menirukan pesan salah satu dosen FK UI yang mengunjunginya waktu itu.

Itu pula alasan mengapa, pada 2005, Supari mengeluarkan surat keputusan Menteri Kesehatan untuk menghentikan sementara pengiriman spesimen kepada Namru-2. Spesimen adalah sampel virus atau penyakit yang digunakan sebagai bahan penelitian. Melalui SK itu, Supari melarang universitas dan berbagai laboratorium di Indonesia menjalin kerja sama dengan Namru-2.

Kendati demikian, SK itu akhirnya dibatalkan atas permintaan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Dino Patti Djalal, yang ketika itu menjabat juru bicara kepresidenan. Dino menyebut, saat itu Namru-2 sangat bermanfaat bagi Indonesia sehingga tidak ada alasan untuk menghentikan kerja sama dengan Namru-2.

“Namru-2 itu membantu memberikan riset mengenai penyakit flu burung waktu itu, di mana peneliti kita masih sangat kurang,” ucap Dino kepada reporter detikX melalui sambungan telepon pekan lalu.

Meski begitu, pembatalan SK itu sama sekali tidak menyurutkan kecurigaan Supari. Sebaliknya, keberhasilan Namru-2 mendiagnosis virus flu burung terhadap salah satu pasien di Indonesia justru semakin menambah kecurigaannya. Ketika itu, pada pertengahan 2005, Namru-2 berhasil mendiagnosis salah satu pasien pneumonia di Tanah Karo, Sumatera Barat, telah terjangkit flu burung.

Klaim diagnosis itu membuat Supari kaget. Sebab, kata dia, ketika itu belum pernah ditemukan satu pun pasien flu burung di Indonesia meski sebetulnya kasus flu burung di Indonesia ditemukan pada unggas sejak 2003. Tapi, buat Supari, itu adalah virus yang berbeda dengan yang ada pada manusia.

Menurut Supari, untuk bisa mendeteksi pasien flu burung, laboratorium harus terlebih dahulu memiliki primer dari virus itu sendiri. Primer adalah sampel rujukan untuk menyatakan sebuah virus memiliki kemiripan ciri dengan virus sebelumnya. Primer ini, kata Supari, tidak bisa didapatkan dari unggas maupun pasien dari negara lain.

“Beda flu burung Indonesia dengan flu burung (negara lain), itu beda,” ujar Supari.

Kecurigaan Supari kemudian semakin menjadi ketika ia mengetahui Namru-2 telah mengirimkan galur H5N1 salah satu pasien flu burung di Indonesia kepada Pusat Kolaborasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO CC). Virus yang dikirim ke WHO CC itu kabarnya juga dikirim ke laboratorium kimia milik Amerika Serikat, yakni Los Alamos National Laboratory. Los Alamos diketahui pernah membuat bom atom pada Perang Dunia II, yang digunakan tentara AS untuk meledakkan Hiroshima dan Nagasaki.

Selengkapnya


Posted

in

by

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *