Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Setidaknya ada lima hal yang dapat jadi pertimbangan tentang kebijakan pembelajaran tatap muka di situasi sekarang ini.
Hal ini diungkapkan oleh Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI dan Guru Besar FKUI, Prof Tjandra Yoga Aditama.
Pertama, pada 13 Januari 2022 lima Organisasi Profesi Dokter Spesialis (Anak, Paru, Penyakit Dalam, Jantung dan Anastesi) membuat surat ke 4 Menteri sehubungan Evaluasi proses PTM.
Baca juga: PTM 100 Persen Tetap Berjalan, KSP Minta Orang Tua Siswa Harus Waspada Tapi Jangan Panik
Baca juga: Kasus Omicron Melonjak, KPAI Minta Pelaksanaan PTM 100 Persen Dievaluasi
Di dalam surat tersebut menyebutkan bahwa anak dan keluarga baiknya tetap diperbolehkan memilih PTM atau PJJ (pembelajaran jarak jauh) dengan syarat, anak dengan komorbid memeriksakan diri dulu.
Selain itu memastikan kelengkapan imunisasi untuk dapat ikut PTM serta mekanisme kontrol dan buka tutup sekolah.
Kedua, diketahui bahwa kasus COVID-19 di hari-hari ini terus meningkat.
Dan juga ada kecenderungan peningkatan angka positif serta perlu penilaian perkembangan angka reproduksi. Semuanya menunjukkan potensi penularan di masyarakat, apalagi angka transmisi lokal varian Omicron juga terus meningkat.
Ketiga, sebagaimana juga ditulis dalam surat 5 Organisasi Profesi Spesialis maka anak dapat saja mengalami komplikasi berat yaitu “multisystem inflammatory in children associated with COVID-19 (MIS-C”).
“Bukan tidak mungkin juga ada komplikasi Long Covid-19. Pendapat para pakar beberapa negara, antara lain dari South Dakota Amerika Serikat, juga mulai membicarakan kemungkinan Long COVID-19 pada anak ini,” ungkap Prof Tjandra dalam keterangan resmi, Selasa (25/1/2022).
Walaupun memang perlu penelitian lebih lanjut. Tetapi, tentu tidak ada yang ingin anak-anak alami risiko tinggi tertular Covid-19.
Tinggalkan Balasan