Pro Kontra Aksi Pawang Hujan di MotoGP Mandalika

Jakarta

Aksi seorang pawang hujan Rara Istiati Wulandari yang diklaim mampu mengusir hujan saat perhelatan MotoGP di Sirkuit Mandalika menuai pro dan kontra. Beragam tanggapan mencuat usai aksi pawang hujan itu di Mandalika.

Koordinator Laboratorium Pengelolaan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Budi Harsoyo tergelitik dengan viralnya aksi pawang hujan itu. Budi memberi penjelasan secara ilmiah serta andil TMC di Mandalika.

“Berhubung pemberitaan mengenai sosok Mbak Rara, pawang hujan di Mandalika yang saat ini sedang viral di media sosial, rasanya saya tergelitik untuk perlu memberikan beberapa penjelasan mengenai kaidah saintifik Teknologi Modifikasi Cuaca yang sejak tanggal 18-20 Maret 2022 ini juga diminta untuk dioperasikan di sana,” kata Budi dalam keterangan tertulis, Minggu (20/3).

Secara ilmiah, cara kerja TMC adalah armada pesawat beroperasi di jalur penyemaian awan. TMC kemudian melepaskan bahan semai dari unsur kimia yang mampu menjatuhkan hujan di luar area sirkuit.

“Sebelum mereka (awan-awan hujan) mendekat, kami cegat, kami jatuhkan hujannya di luar Mandalika. Ada awan tumbuh baru, segera kami terbang dan jatuhkan kembali. Begitu seterusnya,” jelas dia.

Upaya tersebut dibuktikan dari konsentrasi hujan pada 18 dan 19 Maret yang mampu dieliminasi dari Mandalika ke perairan selatan Pulau Lombok. Namun, ada tantangan terberat menuju klimaks perhelatan Moto GP, Minggu (20/3) sore, yakni embusan angin yang berubah arah.

Selama dua hari arah angin berasal dari tenggara ke selatan. Sementara, hari ini berubah dari arah utara karena low pressure sudah bergeser di selatan Pulau Lombok.

“Bisa berpotensi menjadi senjata makan tuan jika kami semai awan di utara. Sementara pesawat belum sempat ke posko, entah karena kondisi cuaca ataupun karena adanya NOTAM RI-1 yang akan mendarat di BIL siang nanti,” imbuhnya.

Rara Pawang HujanRara pawang hujan (Instagram @rara_cahayatarotindigo)

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika telah mengeluarkan peringatan dini cuaca ekstrem untuk wilayah NTB, yakni siklus puncak hujan hariannya terjadi pada pagi hingga sore hari.

“Prediksi ini terbukti cukup akurat. Pagi hari, umumnya terjadi hujan secara cukup merata di seluruh wilayah NTB pada umumnya. Pada aktualnya, hujan pagi hari terjadi pada tanggal 18 dan 19 Maret 2022 untuk wilayah Pulau Lombok, tidak terkecuali Sirkuit Mandalika,” papar Budi.

“TMC belum mampu mengantisipasi hujan yang terjadi di dini hari karena armada pesawat TMC belum mempunyai kemampuan beroperasi untuk penerbangan malam/dini hari,” lanjut dia.

Ikhtiar Kearifan Lokal

Anggota Komisi VIII DPR Fraksi PKB Maman Imanulhaq menyebut kehadiran pawang hujan di MotoGP Mandalika tidak seharusnya dipersoalkan. Menurutnya tindakan menghadirkan pawang hujan merupakan bentuk ikhtiar dengan kearifan lokal.

“Melihat bahwa fenomena pawang hujan di perhelatan Mandalika adalah sebuah ikhtiar yang dilakukan oleh panitia agar hujan bisa dipindahkan ke lain tempat, tentu ikhtiar ini merupakan pelengkap dari ikhtiar yang berupa terminologi yaitu apa yang disebut dengan modifikasi cuaca,” kata Maman saat dihubungi, Senin (21/3).

Maman menyebut pemerintah sebetulnya sudah melakukan ikhtiar secara teknologi dengan mencoba memindahkan butiran awan di atas Mandalika ke arah selatan Kepulauan Lombok.

“Jadi teknologi modifikasi cuaca atau TMC itu dilakukan juga oleh panitia dan pada tanggal 18 Maret berhasil tuh memindahkan awan-awan, butiran awan yang mengandung hujan ke arah selatan di Kepulauan Lombok, cuma pada tanggal 19 Maret karena angin sangat besar sehingga hujan tidak bisa dimodifikasi tidak bisa dialihkan,” ucapnya.

Simak selengkapnya, di halaman selanjutnya:

Selengkapnya

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *