Politikus Lompat Partai Jelang Pemilu 2024, Untung Apa Buntung?

Jakarta

Fenomena politikus berpindah partai politik kembali marak menjelang Pemilu 2024. Politik lompat parpol ini dinilai untuk peluang yang lebih terbuka.

Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam menyampaikan migrasi politikus senior umumnya dipicu oleh konflik dan gesekan kepentingan mereka.

“Sehingga faktor pendorongnya cenderung bersifat subjektif, bukan ideologis. Karena merasa basis kepentingannya tidak terwadahi, maka mereka mencari partai lain untuk berlabuh, yang menawarkan zona nyaman baru bagi mereka,” ucap Umam saat dihubungi, Selasa (16/5/2023).

Politikus yang lompat partai dianggap demi mendapat sesuatu yang tak terwadahi di partai lamanya. “Partai lain memberikan jaminan nomor urut dan dukungan logistik di Dapil yang diharapkan,” katanya.

Umam menyinggung beberapa kasus politikus yang lompat partai. Kepindahan politikus tersebut didorong oleh kepentingan pragmatis.

“Kepindahan Eva Kusuma Sundari dari PDIP ke Nasdem, atau Dedi Mulyadi dari Golkar ke Gerindra, atau Tuan Guru Bajang dari Golkar ke Perindo, bisa jadi contoh studi kasus fenomena ini. Ujung dari petualangan politik itu umumnya terkait kalkulasi pragmatis, zona nyaman dan peluang aktualisasi lebih terbuka di partai yang berbeda,” katanya.

Meski begitu, muncul tantangan baru bagi politikus yang lompat partai. Para politikus di ‘kapal’ baru harus melakukan sosialisasi secara efektif.

“Mereka juga harus bisa mengkonversi basis pemilih loyal mereka dari partai semula ke partai saat ini. Karena itu, mereka harus bisa melakukan sosialisasi secara efektif, termasuk menjelaskan alasan kepindahan mereka, atau mereka akan dicap sebagai politisi kutu loncat belaka,” katanya.

Seperti diketahui, terjadi fenomena politikus berpindah partai. Beberapa tokoh politik berpindah ‘kapal’ agar bisa lolos ke Senayan.

Beberapa politikus yang berpindah partaiseperti Eva Sudari dari PDIP ke NasDem, Dedi Mulyadi dari Golkar ke Gerindra, Titiek Soeharto dari Partai Berkarya ke Gerindra.

(aik/idn)

Selengkapnya

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *