Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Riau dan Kalimantan dilaporkan juga membunuh berbagai satwa liar di dalamnya.
Salah satu yang heboh adalah penemuan bangkai ular berkaki di lokasi kebakaran hutan di Kecamatan Rengat, Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu), Provinsi Riau.
Dilaporkan Kompas.com, Jumat (20/9/2019) pagi, ular itu sepertinya memiliki dua kaki di bagian ekor.
Anggota Manggala, Agni Daops Rengat, Maidi, juga mengatakan bahwa pihaknya menemukan seekor ular berkaki di tanah yang terbakar.
Sehubungan dengan bangkai ular berkaki ini, Kompas.com mencoba menghubungi herpetologis (reptil dan amfibi) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Amir Hamidy.
Amir menegaskan, itu bukan ular berkaki melainkan ular hemipenis.
Amir menjelaskan, semua jenis ular jantan memiliki hemipenis.
Berbeda dengan pria yang memiliki satu penis, ular jantan memiliki dua hemipenis yang terletak di pangkal ekor.
Yang perlu diperhatikan, ular hemipenis akan keluar saat pasangan ular, ketika ular masih hidup kemudian diperas, hemipenis juga bisa keluar, atau ketika mati karena terbakar seperti yang ditemukan di Riau.
Namun, Amir tidak dapat mengidentifikasi jenis ular itu, karena kondisinya telah terbakar.
Ular berkepala dua di Bali
Sebelumnya, seekor ular berkepala dua berhasil menimbulkan kegemparan pada warga Dusun Pusat, Desa Kukuh, Kecamatan Marga, Tabanan, Bali pada Jumat (30/8/2019).
Ini adalah penemuan langka di alam liar.
Dalam rekaman video, tampak bahwa ular coklat berkepala dua ini sangat kecil, sekitar 40 sentimeter ketika diregangkan.
Ahli herpetologi (reptil dan amfibi) dari LIPI, Amir Hamidy mengatakan, ular berkepala dua ini adalah ular tembak (Ahaetulla prasina juvenile).
Dinamakan tunas ular karena bentuk tubuhnya menyerupai tunas tanaman yang panjang dan berwarna hijau cerah.
Pemotretan tunas memiliki warna kecoklatan seperti pada foto, sedangkan jika sudah matang warna kulitnya berubah kehijauan.
Tunas ular biasa di Indonesia, kecuali di wilayah Maluku dan Papua.
Mereka sering ditemukan di sekitar rumah, pekarangan, hutan, semak dan pohon.
Tunas ular termasuk kadal, biawak, bunglon, hingga burung kecil.
Pemicu ular berkepala dua
Amir menjelaskan, hewan dengan dua kepala sebenarnya adalah sesuatu yang alami dan sangat mungkin terjadi di dunia hewan.
Kondisi ini dapat dialami oleh semua jenis hewan, termasuk ular.
Lebih banyak acara di penangkaran.
AFP melaporkan, para ahli mengatakan kejadian ular berkepala dua sangat jarang ditemukan di alam liar.
Biasanya mereka sengaja dikembangbiakkan di penangkaran.
Ini tidak dibantah oleh Amir.
Amir menjelaskan, ini karena hewan di penangkaran lebih dikendalikan dan diawasi oleh manusia.
Sehingga ketika ada kejadian terkait hewan di penangkaran, tidak hanya ular, akan lebih mungkin untuk dipantau dan dicatat.
Selain itu, jumlah hewan di penangkaran sangat terbatas.
Mungkin saja, sepasang hewan dari jenis yang sama akan kawin karena keterbatasan individu dalam penangkaran sebelumnya.
Amir juga menambahkan, makhluk hidup dengan kelainan seperti ular dengan dua kepala sulit bertahan hidup di alam liar.
Amir mengatakan, setiap makhluk hidup yang memiliki kelainan akan merasa sulit untuk bertahan hidup tanpa campur tangan manusia.
Dilansir dari aceh.tribunnews.com
Leave a Reply