Kisah WNI yang Tinggal di China: Pontang-panting Dihantam Gelombang Covid

Shanghai

Seorang warga negara Indonesia (WNI) di China menceritakan pengalamannya kocar-kacir mencari obat saat mengidap Covid-19 di tengah lonjakan kasus di negara itu.

WNI bernama Alissa itu bercerita, ia sebenarnya tak telalu khawatir saat China mulai melonggarkan strategi Covid-19 pada awal Desember 2022 lalu.

“Pas diberitakan per 4 Desember sudah open [longgar] gitu di Shanghai, langsung senang. Di saat itu, enggak kepikiran sama sekali buat stok obat,” kata Alissa seperti dikutip dari CNNIndonesia.com, Rabu (4/1/2023).

Namun, ia kemudian berujar, “Di pekan kedua [Desember], baru deh diingatkan teman-teman lokal di sini untuk beli obat, dan kebetulan suami mulai kena [Covid].”

Di tengah malam hingga keesokan harinya, suami Alissa mengalami demam tinggi. Ketika itu, ia masih tak melakukan tindakan pencegahan untuk dirinya sendiri.

Usai suami sembuh, gantian Alissa terinfeksi virus corona. Ia mengalami gejala meriang, kedinginan sampai menusuk tulang, hingga kehilangan indra penciuman dan pengecap. Dia pun mencari-cari obat.

“[Di situ] baru deh takut dan mulai makan obat, juga mulai kocar-kacir beli obat buat jaga-jaga kalau mertua kena,” tutur Alissa.

Dugaan Alissa tak meleset. Mertuanya turut terinfeksi virus corona. Alissa baru bisa mendapat obat setelah temannya yang merupakan warga China lokal memberikan obat.

“Obat-obatan seperti Lian Hua Qing Wen [sejenis obat batuk] dan ibuprofen [jenis obat pereda nyeri] yang susah. Obat demam anak-anak kecil juga di-mark up harganya,” tutur perempuan itu.

Pemerintah China, lanjut dia, sebenarnya sempat memberi obat Lian Hua Qing Wen pada Juni lalu. Namun, banyak warga tak menggunakan Lian Hua Qin Wen tersebut dan membuangnya lantaran jenis obat ini tak tahan lama.

Beberapa bulan kemudian, tepatnya Desember 2022, China mengalami krisis obat demam dan pereda nyeri saat kasus Covid-19 melonjak. Panic buying pun terjadi. Mereka ramai-ramai menyerbu obat demam dan pereda nyeri.

Warga di Taiwan, Makau, dan Hong Kong sampai-sampai turut panik belanja dan mengirim obat itu untuk kerabat mereka di Negeri Tirai Bambu.

Di bulan yang sama, berdasarkan catatan rapat lembaga kesehatan China yang bocor ke media, setidaknya 250 juta penduduk diduga terinfeksi virus corona selama 20 hari pertama di bulan Desember 2022.

Namun, pemerintah merilis jumlah yang berbeda. Selama rentang waktu itu, Komisi Kesehatan Nasional China (National Health Commission/NHC) melaporkan 62.593 kasus dan delapan kematian.

Simak Video “WHO Maklum Banyak Negara Perketat Pintu Masuk untuk Pelancong China
[Gambas:Video 20detik]
(wsw/wsw)




Selengkapnya


Posted

in

by

Tags:

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *