Katering Bu Sastro, Bermodal Rp 300 Ribu Kini Beromzet Rp 2 Miliar

Jakarta

“𝘚𝘢𝘱𝘦𝘳 𝘦𝘯𝘒𝘬 π˜₯𝘦𝘯𝘨𝘒𝘯 𝘴π˜ͺ𝘻𝘦 𝘨𝘦π˜₯𝘦 π˜₯𝘒𝘯 𝘣𝘒𝘯𝘺𝘒𝘬 𝘷𝘒𝘳π˜ͺ𝘒𝘯 𝘳𝘒𝘴𝘒… 𝘚𝘢𝘱𝘦𝘳 𝘭𝘦𝘯𝘨𝘬𝘒𝘱 π˜₯𝘒𝘯 𝘩𝘒𝘳𝘨𝘒𝘯𝘺𝘒 𝘰𝘬 𝘣𝘒𝘯𝘨𝘦𝘡…” Aktris Shandi Aulia menulis testimoni bernada pujian tersebut di instagramnya kepada katering Dapur Bu Sastro (DBS), 9 November 2021. Kala itu dia memesan nasi tumpeng untuk sebuah acara di kediamannya.

Kesaksian Shandi yang memiliki 7.4 juta followers merupakan berkah luar biasa untuk manajemen DBS. Selang beberapa waktu kemudian, omzet penjualan aneka menu DBS melonjak drastis.

“Itu asli testimoni organik lo, bukan pesanan, bukan bayaran,” kata pendiri dan pemilik DBS, Izma Widya Yuliansyah saat berbincang dengan detikcom di kawasan Kemang, Rabu (27/7/2022).

Selain Shandi, di waktu lain DBS mendapatkan testimoni bernada positif dari Mona Ratuliu yang punya followers 1,4 juta, Cut Ratu Meyriska (10 juta), Ashanty (29 juta). “Alhamdulillah, mereka ternyata baik-baik banget lo,” imbuh Izma.

Apa yang telah dia lakukan sebelumnya untuk menerima kebaikan gratis tersebut? Perempuan kelahiran Malang, 28 Juli 1986 itu membuka sedikit rahasia. Sejak pertengahan 2021, kata Izma, manajemen DBS mulai melibatkan tim media sosial khusus.

Tugas mereka antara lain memberikan perhatian khusus kepada para seleb yang berulang tahun atau tengah menggelar acara tertentu. Perhatian dimaksud biasanya cuma berupa greetings dan mengirimkan produk-produk unggulan DBS.

That’s all,” tandas Izma Widya Yuliansyah.

Alumnus Akuntansi Universitas Brawijaya itu merintis usaha katering sejak 2017. Produk pertama yang dibuatnya secara otodidak adalah dimsum. Dari situ merambah ke nasi kuning, nasi liwet, kue-kue, dan menu lainnya. Karena tak mau dihantui dengan cicilan bunga bank, dia menggunakan tabungan pribadi sebagai modal.

“Enggak besar kok, cuma Rp 300 ribuan. Kan cuma dikerjakan bareng suami dan asisten rumah tangga,” ujar isteri dari Dzulqarnain Fachmi itu.

Sebelum mengenal para selebgram berfollowers jutaan, Izma mengaku mengandalkan akun Instagram pribadi dan market place gratisan di Tokopedia. Dia juga memasang iklan di Google dengan anggaran awal Rp 50 ribu perhari. Begitu respons traffick pemesanan terlihat cukup baik alokasi anggaran terus ditambah secara terukur.

Tapi di luar soal teknis marketing, menjaga kualitas rasa masakan, higienitas, kemasan, hingga ketepatan waktu pengiriman adalah kunci utama. Kata ibunda dari Naura Husna Alfaiza itu, mau beriklan jor-joran seperti apapun bila tak didukung dengan kualitas produk hasilnya pasti tak akan sesuai harapan.

Untuk mendukung ketepatan waktu pengiriman, dia menjalin kerja sama khusus dengan 40-an pengojek di sekitar tempatnya tinggal di Sawangan – Depok. Mereka terseleksi secara alamiah dari sekitar 200 pengojek yang pernah terlibat pengiriman katering DBS ke para costumer.

katering Dapur Bu Sastro DBS Izma Widya YuliansyahChairul Tanjung menjadi salah satu sumber inspirasi dalam membesarkan Dapur Bu Sastro Foto: Sudrajat/detikcom

Untuk menjaga kualitas produk, Izma melibatkan tenaga chef professional. Begitu juga dengan tenaga yang memasak di dapur, hingga mengemas produk. Tapi untuk pembuatan produk pendukung dia sampai sekarang melibatkan para tetangga sekitar.

Dengan dukungan 70 pegawai professional dan produk-produk yang inovatif sesuai tuntutan pasar, Izma mengaku omzet penjualan DBS pernah mencapai Rp 2 miliar perbulan. Berikutnya dia menargetkan dalam waktu dekat untuk melepas sebagian kepemilikan sahamnya ke publik.

“Doakan ya biar target kami bisa IPO (Initial Public Offering) dalam waktu dekat ini bisa terwujud,” ujarnya.

Simak Video “Rahasia Sukses Ala CT: Berpikir Positif dan Optimistis
[Gambas:Video 20detik]

(jat/ang)

Selengkapnya

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *