Selain itu, kepercayaan diri Sudaryono juga berasal dari gemuknya koalisi yang mengusung Prabowo. Dengan itu, cakupan wilayah yang dijangkau dan sumber daya kampanye akan jauh lebih banyak. Bekal sembilan partai pengusung dan pendukung dinilai akan mampu mengoyak dominasi PDI Perjuangan di kandangnya sendiri.
Kami tidak bisa larang dan keuntungan dari orang-orang di Jawa tengah bagaimana menyikapi Mas Gibran ini sebagai wujud dari Pak Jokowi, kan satu hal yang menguntungkan kami.”
Bagi Sudaryono, amunisi yang dianggap paling ampuh mengoyak kandang banteng adalah ‘memainkan’ citra politik Presiden Jokowi. Menurutnya, sebelum pilpres, Gibran memperoleh elektabilitas tertinggi untuk menjadi calon gubernur Jateng selanjutnya.
“Artinya, oleh masyarakat Jawa Tengah, Gibran-nya sendiri dikenal populer dan disukai, belum lagi Mas Gibran diasosiasikan terhadap Pak Jokowi,” jelas Sudaryono.
Secara terang-terangan, Ketua Umum Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia itu mengaku akan memanfaatkan keuntungan keberadaan Gibran, yang diasosiasikan dengan dukungan Jokowi, sebagai amunisi untuk mengeruk suara di wilayahnya.
“Kami tidak bisa larang dan keuntungan dari orang-orang di Jawa tengah bagaimana menyikapi Mas Gibran ini sebagai wujud dari Pak Jokowi, kan satu hal yang menguntungkan kami,” ucapnya.
Adanya faktor-faktor itu membikin Gerindra percaya diri di Jateng. Sudaryono mematok target Prabowo memperoleh lebih dari 50 persen suara di Jateng.
“Jadi kalau kami punya target, kami punya ungkapan, ungkapannya Bung Karno, gantunglah cita-citamu setinggi langit, kalaupun gagal, kan kita tetap (jatuh) di antara bintang-bintang,” ungkapnya.
Di sisi lain, Ketua Umum Relawan Gapura Nusantara Laksamana TNI (Purn) Agus Setiadji mengaku siap mempertahankan daerah-daerah basis suara Ganjar Pranowo dan PDI Perjuangan. Dia sudah menduga ada upaya dari pihak lawan untuk menggerogoti kantong-kantong pemilih loyal PDI Perjuangan, terutama Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Agus menjelaskan, untuk membentengi daerah Jateng, pihaknya memperbanyak kampanye dan pendekatan ke generasi muda, terutama para pemilih Generasi Z. Medium yang digunakan adalah video-video pendek di media sosial. Adapun pesan yang tertera dalam video-video tersebut masih berkutat seputar anjuran menaati konstitusi.
“Kami buat narasi-narasi yang sederhana tapi langsung mengena. Contoh sederhana adalah taati konstitusi, jangan pilih yang mengakali konstitusi. Kan sudah jelas rakyat pasti tahu,” kata Agus kepada detikX.
Tak hanya itu. Agus dan rekan-rekannya di lapangan meyakini adanya potensi kecurangan dan intimidasi kepada para kader. Untuk itu, di daerah basis, seperti Jateng dan Jatim, didirikan posko-posko pemenangan. Posko yang disebut ‘Posko Gotong-royong’ itu tersebar hingga ke tingkat kecamatan serta kelurahan.
Posko tersebut akan diisi oleh para relawan dan kader PDI Perjuangan setempat. Selain propaganda politik, keberadaan posko digunakan untuk mengawasi, mencegah, dan melaporkan jika ada kecurangan, termasuk politik uang, dari kubu lawan.
“Kami fokus sekarang di Jawa Tengah dan Jawa Timur karena lumbungnya PDIP,” ujarnya.
Agus menjelaskan posko di daerah kandang banteng ini akan sedikit berbeda dengan posko di daerah lain. Ia akan dibuat justru tidak terlalu mencolok, tapi lebih dekat dengan masyarakat. Hal itu karena fungsi posko diutamakan untuk mencegah pergeseran pemilih yang sebelumnya merah bergeser ke Prabowo hanya karena ada Gibran sebagai cawapres.
“Saya lihat posko di Jawa Tengah itu soft. Harus betul-betul soft karena sebetulnya Jateng itu sudah merah. Poskonya harus intim saja,” papar Agus.
Ia memaparkan para kader dan relawan yang ditempatkan di posko pemenangan harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekitarnya. Misalnya posko di sekitar perumahan TNI-Polri atau pensiunan harus diisi oleh kader atau relawan yang juga pensiunan militer.
Selain posko, pihaknya kini mulai gencar melakukan bagi-bagi sembako dan bantuan air bersih secara door-to-door. Upaya itu dinilai masih cukup efektif untuk mempertahankan pemilih loyal.
Leave a Reply