Genderang Perang Surya Paloh

Jakarta

Di era fordisme, konsumen membeli apa yang diproduksi oleh pabrik. Kapital mengintervensi penuh apa yang menjadi pikiran publik. Namun sekarang, situasi sudah sama sekali berubah. Produsen harus menuruti apa yang diinginkan oleh konsumen.

Dalam Rapat Kerja Partai Nasdem, Gubernur Jakarta Anies Baswedan dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menjadi tokoh yang paling banyak didukung. Keduanya bukan Ketua Umum partai politik, bahkan Anies Baswedan tidak tergabung dengan partai politik mana pun.

Kader Partai Nasdem sangat menyadari kedua gubernur tersebut akan menjadi komoditas yang laris untuk mendongkrak perolehan suara partainya di akar rumput. Di tengah keinginan banyak partai politik yang ingin mengusung kader utama partainya, Nasdem malah memilih untuk menuruti kehendak pemilih.

Dalam jangka panjang, keputusan untuk mengusung “orang luar” tentunya bakal dipertanyakan oleh kader partai. Orang-orang yang sudah bekerja keras membesarkan partai akan merasa tidak mendapatkan dukungan penuh dari rekan seperjuangannya.

Partai politik pun bakal dianggap gagal melahirkan kader-kader yang ideologis. Tokoh-tokoh kuat akan menganggap partai sebagai kendaraan tumpangan semata, bukan alat perjuangan untuk mencapai cita-cita.

Di sisi yang lain, hubungan antar partai juga dapat terganggu. Ganjar Pranowo yang merupakan kader PDIP sudah mengutarakan penolakannya untuk dicalonkan oleh Partai Nadem.

Meskipun sudah menegaskan kesetiaan kepada partainya, ketegangan bakal semakin meningkat antara Ganjar Pranowo dan PDIP. Yang juga tidak terhindarkan, hubungan panas dingin antara PDIP dan Partai Nasdem juga semakin berlanjut.

Lepas dari anggapan miringnya, Partai Nasdem sudah memperlihatkan kelembagaan partai yang terbuka kepada publik. Dukungan politik dapat diberikan oleh setiap pengurus daerah kepada figur yang dianggap baik dan berprestasi. Hasilnya, banyak tokoh non-parpol mendapat dukungan, seperti Anies Baswedan, Panglima TNI Jend. Andika Perkasa, dan Menteri BUMN Erick Thohir.

Proses demokrasi di Partai Nasdem ini juga sekaligus membuat struktur partainya semakin solid menuju Pemilu Legislatif. Tingkat kepemilikan kader terhadap partai akan meningkat, sebagai hasil dari pelibatan pengurus daerah dalam pengambilan keputusan strategis nasional.

Saat ini, Ketua Umum Nasdem Surya Paloh masih punya tugas berat, yakni menawarkan kepada partai lainnya nama-nama yang sudah terjaring. Membangun koalisi merupakan pekerjaan yang jauh lebih berat, terutama berbicara pembagian, mulai dari tugas pemenangan sampai sharing of power. Di sini, pengalaman Surya Paloh benar-benar diuji.

Pada tahapan ini, nama besar Surya Paloh sebagai seorang pemikir dan negosiator politik ulung sedang dipertaruhkan. Keberhasilan nama jagoan Partai Nasdem hasil dari Rakernas ini bakal menjadi simbol kehormatan dari tokoh senior ini.

Jangan sampai, Partai Nasdem sendirian di tengah berbagai blok koalisi yang sudah mulai terbentuk. Bila gagal melakukan manuver politik dalam menjual kandidatnya ini, Partai Nasdem hanya akan jadi pengikut dalam koalisi yang sudah tersedia.

Nasdem bisa dikatakan inovator dalam hal dukung-mendukung tokoh non-parpol atau non-kadernya, mulai dari Ridwan Kamil di Jawa Barat sampai Presiden Jokowi. Semua rekor keberhasilan tersebut bisa tercoreng apabila pada 2024 ini menemui kegagalan.

Arie Putra co-founder Total Politik, host Adu Perspektif detikcom X Total Politik

(mmu/mmu)

Selengkapnya


Posted

in

by

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *