Ditemukan Batu Berukir Berusia 8 Ribu Tahun di Jazirah Arab

Jakarta

Arkeolog menemukan batu berukir di Jazirah Arab, yang usianya diperkirakan berusia lebih dari 8.000 tahun. Situs neolitik tersebut mungkin merupakan cetak biru megastruktur tertua di dunia, menurut penelitian baru para arkeolog di Timur Tengah.

Mereka pertama kali melihat struktur ini, yang dikenal sebagai layang-layang gurun, sekitar 100 tahun yang lalu, ketika foto udara mulai umum dipakai menggunakan pesawat terbang.

Situs ini berupa bidang tanah luas yang dibatasi dinding batu yang rendah, terkadang dengan lubang yang tersebar di bagian dalam dekat tepinya. Ditemukan terutama di Timur Tengah dan Asia Tengah, layang-layang gurun diperkirakan berfungsi seperti kandang atau perangkap hewan.

Pemburu akan menggiring hewan, seperti rusa, ke dalam layang-layang melalui lorong yang panjang dan sempit, yang membuat hewan buruan tidak dapat melarikan diri dari dinding atau lubang, sehingga mereka lebih mudah dibunuh.

Karena ukurannya yang sangat besar, rata-rata mendekati ukuran persegi dua lapangan sepak bola, layang-layang gurun tidak dapat dilihat secara keseluruhan dari tanah. Namun munculnya citra satelit beresolusi tinggi yang tersedia untuk umum, seperti dari Google Earth, memudahkan studi tentang layang-layang gurun dalam beberapa dekade terakhir.

Batu berukirFoto: SEBAP & Crassard et al. 2023 PLOS One

Penemuan desain mirip arsitektur yang terukir di bebatuan di Yordania dan Arab Saudi telah mengungkapkan bagaimana manusia zaman Neolitik mungkin telah merencanakan ‘jebakan besar’ ini, menurut sebuah studi baru, yang diterbitkan 17 Mei di jurnal PLOS One.

Penulis penelitian membuat perhitungan matematis untuk membandingkan diagram layang-layang batu dengan bentuk dan dimensi layang-layang yang diketahui. Contoh pertama mereka adalah monolit batu kapur terukir dari situs arkeologi Jibal al-Khashabiyeh di Yordania.

Batu setinggi hampir 80cm itu menjadi kanvas yang bagus untuk orang prasejarah, yang mengukir garis panjang seperti layang-layang yang mendorong hewan ke kandang berbentuk bintang, yang memiliki delapan cekungan berbentuk cangkir yang melambangkan lubang perangkap.

Batu berukirFoto: SEBAP & Crassard et al. 2023 PLOS One

“Batu itu memiliki teknik ukiran yang berbeda, tetapi tidak diketahui apakah itu mewakili karya satu orang atau beberapa orang,”kata Rémy Crassard, arkeolog di French National Center for Scientific Research (CNRS).

Contoh kedua, dari Wadi az-Zilliyat di Arab Saudi, menunjukkan dua layang-layang yang diukir menjadi batu pasir besar dengan tinggi sekitar 4 kali 2 meter. Meskipun dibuat dengan gaya yang berbeda dari yang ada di Yordania, diagram layang-layang Arab Saudi juga menggambarkan garis penggerak, penutup berbentuk bintang, dan enam tanda cangkir di ujung titik.

Layang-layang ini terkenal sulit ditentukan usianya karena tersusun dari bebatuan dan lubang, yang berarti biasanya tidak memiliki bahan organik yang dapat diuji dengan penanggalan radiokarbon. Tetapi berdasarkan perbandingan dengan layang-layang lainnya yang terkait dengan sedimen dan sisa-sisa organik, tim memperkirakan bahwa kedua situs ini berasal dari sekitar 8 ribu tahun yang lalu, sekitar akhir periode Neolitik di Arab.

Batu berukirFoto: SEBAP & Crassard et al. 2023 PLOS One

Tim berteori bahwa sekelompok orang yang bersiap untuk kegiatan berburu mungkin telah mempelajari dan mendiskusikan rencana layang-layang yang sudah dibuat, yang mungkin termasuk mengoordinasikan jumlah dan posisi pemburu dan mengantisipasi tindakan hewan sebelum acara tersebut.

Mungkin juga diagram seperti ini digunakan untuk membuat layang-layang. Dalam kedua kasus tersebut, fakta bahwa manusia menciptakan hubungan antara ruang fisik seperti yang terlihat dari atas dan representasi grafis merupakan perkembangan penting dalam pemikiran abstrak dan representasi simbolik, kata para peneliti dalam studi mereka.

Crassard dan rekannya melanjutkan pekerjaan mereka meneliti layang-layang gurun melalui Proyek Globalkites. “Meskipun ukiran ini adalah bukti tertua yang diketahui dari rencana berskala, ada kemungkinan orang membuat diagram serupa dalam bahan yang kurang permanen, seperti dengan menggambarnya di tanah,” ujar Crassard.

Simak Video “Arkeolog di Meksiko Temukan Papan Skor Batu Langka Milik Suku Maya
[Gambas:Video 20detik]

(rns/jsn)

Selengkapnya


Posted

in

by

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *