Setiap kali sebuah cerita fantasi melangkah terlalu jauh ke dalam kekerasan yang mengerikan atau eksploitasi manusia biasa, pendongeng suka mengucapkan empat kata kecil:
Apakah kekerasan seksual dan reproduksi secara historis akurat hingga abad pertengahan? Sampai batas tertentu, ya, seperti yang ditunjukkan oleh catatan. Tapi begitu juga banyak hal lain yang tampaknya mudah jatuh dari storyboard ketika saatnya untuk menambahkan keaslian.
Sejarawan lain menunjukkan bahwa, sebijaksana dan semenakutkan sesuatu seperti kematian operasi caesar yang kasar, pemotongan daging seperti itu tidak lazim seperti yang Anda yakini oleh pendongeng.
Teks-teks dari waktu itu menunjukkan bahwa tindakan ekstrem seperti itu biasanya akan dilakukan pada wanita yang sudah meninggal — bukan, seperti dalam “Rumah Naga”, seorang wanita yang sepenuhnya sadar dan waspada tanpa tahu apa yang akan terjadi padanya.
Janega menunjukkan bahwa, sementara abad pertengahan tentu saja tidak terlalu baik kepada wanita atau siapa pun yang tidak kaya, berkuasa dan laki-laki, mereka bukan lelucon penderitaan yang biasa kita lihat di layar.
“‘Akurasi’ selalu berfokus pada aspek masyarakat yang tidak menyenangkan, tetapi tidak pernah pada aspek yang menyenangkan,” katanya. “(Itu) entah bagaimana selalu mencakup kekerasan seksual dan tidak pernah hal-hal seperti, misalnya, sistem tiga lapangan, atau bendungan penangkap ikan. Mereka tidak benar-benar menunjukkan bagaimana wanita selain bangsawan adalah bagian dinamis dari angkatan kerja abad pertengahan. Wanita ditemukan hampir di setiap aspek pekerjaan abad pertengahan: sebagai pandai besi, menjalankan toko, membuat bir, dalam produksi kain, menjalankan rumah mandi atau dalam delegasi perdagangan yang berbicara di pengadilan.”
“Akan lebih akurat untuk mengatakan bahwa ini adalah fiksi, tetapi ini mencerminkan masyarakat yang menciptakan seni, dan bahwa masyarakat dipenuhi dengan kekerasan seksual, daripada menyiratkan bahwa itu hanya harus dilakukan atas nama menjadi saksi masa lalu misoginis yang tidak lagi kita alami,” kata Janega.
Sangat mudah, dan mungkin sedikit menghibur, untuk melihat ke belakang beberapa ratus tahun dan memutuskan bahwa segala sesuatunya jauh lebih buruk secara keseluruhan. Meskipun sebagian besar benar, catatan menunjukkan bahwa kita membawa banyak kesalahpahaman tentang abad pertengahan dan era sekitarnya yang membuat realitas kita saat ini tampak jauh lebih canggih.
Tentu saja, perlu diingat bahwa fantasi tidak harus menyerupai sejarah sama sekali. Jika relung imajinasi yang luas dapat melahirkan raksasa es dan menghidupkan kembali orang mati, ia pasti dapat menciptakan dunia di mana struktur sosial tidak ditentukan oleh penderitaan yang selalu ada. Dan jika harus ada api dan darah, mungkin ada cara yang lebih kreatif — bahkan lebih akurat secara historis — untuk menggambarkannya.
Tinggalkan Balasan