Aiman Witjaksono 20 Tahun Jadi Jurnalis, Intimidasi Tak Putuskan Asa Ungkap Kebenaran

Jakarta, Insertlive

Nama Aiman Witjaksono tentu sudah tak asing lagi di dunia jurnalistik Indonesia.

Pria berusia 44 tahun ini sudah malang-melintang di dunia jurnalistik selama 20 tahun.

Dalam sebuah kesempatan, Aiman menceritakan bagaimana pengalamannya sebagai seorang jurnalis.


Aiman mengaku ada banyak sekali pengalaman menarik selama menjalani profesi sebagai jurnalis.

“Banyak sih, hampir setiap program investigasi itu pasti ada momen yang menarik,” kata Aiman di studio Trans TV, Tendean, Jakarta Selatan, Jumat (11/11).

Salah satu pengalaman menarik tak terlupakan, ketika Aiman melakukan investigasi terkait kasus perseteruan antara KPK dan polisi.

Kala itu, Aiman menyambangi salah satu kunci saksi terkait kasus tersebut yang kebetulan berada di Kalimantan Tengah.

Aiman berujar bahwa lokasi narasumber tersebut berada di pemukiman transmigrasi yang ada di tengah hutan belantara Kalimantan.

Tiba-tiba, Aiman menerima email yang berisi intimidasi terkait aksi wawancara dengan narasumber tersebut.

“Misalnya ketika saya investigasi di sebuah pemukiman transmigrasi di Kalimantan Tengah, itu kawasannya bukit gitu, dan nggak mungkin orang bisa mencapai ke situ, karena masih hutan belantara,” cerita Aiman.

“Saya wawancara dengan salah satu saksi utama, waktu itu ketika kasus antara KPK vs Polri atau cicak vs buaya jilid 2, nah di situ kemudian ada yang mengirim email ke saya, dan nggak tahu dari siapa, dan dibilang bahwa narasumber tersebut tidak kompeten, apa yang disampaikan itu tidak benar,” sambungnya.

Tak hanya itu, hal yang lebih mengejutkan lagi, Aiman tiba-tiba menerima foto dirinya kala sedang wawancara dengan narasumber tersebut.

Padahal, Aiman merasa bahwa kawasan tersebut sangat sulit untuk diakses oleh orang.

“Dan kemudian ada foto saya ketika wawancara narasumber tadi, padahal kalau saya lihat dari angle-nya itu, nggak mungkin ada orang di situ, karena memang hutan belantara, jadi seolah-olah dia kayak mengatakan, ‘Hei saya ada, dan saya tahu dimana kamu berada’,” ujar Aiman.

Meski begitu, Aiman bersyukur karena momen tersebut tidak berujung kepada hal-hal yang tidak diinginkan.

Aiman selalu berserah diri kepada Tuhan dalam setiap menjalani kegiatan terkait profesi sebagai jurnalis.

Selain itu, Aiman merasa bahwa jurnalis tidak boleh takut untuk mengungkapkan kebenaran.

“Ya sejauh ini alhamdulillah nggak pernah sih (dapat teror), segala langkah dan kehidupan saya, tentu saya serahkan kepada Tuhan, ya karena saya berbuat ini bukan untuk diri saya, tapi untuk negara ini, yang harus lebih baik dan bersih, dan sejahtera, pekerjaan jurnalis itu untuk publik dan kebenaran,” kata Aiman.

(ikh/ikh)



Selengkapnya


Posted

in

by

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *